Selasa, 03 September 2013

Meneguk Manisnya Susu Kedelai ‘Bu Tin’: Susu Alami Berkhasiat dengan Keuntungan Memikat


Hari masih pagi, sang fajar belum menampakkan wujudnya sepenuhnya, namun Yustinus Indriyanto, atau yang biasa dikenal sebagai Pak Yus, sudah harus mengayuh sepedanya dengan kencang untuk mengantarkan Susu Kedelai Bu Tin ke pelanggan. Susu kedelai yang manis dengan rasa alami tanpa tambahan bahan kimia ini menjadi andalan Pak Yus untuk mencari nafkah sehari – hari. Ia mesti mengedarkan susu kedelainya ke rumah – rumah pelanggan yang sudah sangat ia hafal alamatnya.
Susu Kedelai Bu Tin ini telah berdiri sejak tahun 2000an, tepatnya di bulan Agustus. Pada saat Tim KKN berkunjung kerumah Pak Yus yang berada di RT 16, kebetulan istrinya, Bu Tin lah yang ada di rumah. Dari obrolan dan wawancara kami dengan beliau, Bu Tin berujar bahwa motivasinya memulai pembuatan usaha Susu Kedelai ini berawal dari penyuluhan yang dilakukan oleh KWT (Kelompok Wanita Tani) “Sri Asih” yang ada di Karangduwet I ini. Dari situ, ia kemudian mulai mencoba praktek membuat sendiri susu kedelai di rumah. Tujuan awalnya, ia hanya ingin membuat susu kedelai untuk konsumsi pribadi dan keluarga. Bahan – bahannya cukup sederhana, yakni kedelai, air, pandan, dan jahe, dan gula merah sebagai pemanisnya. Tak ada tambahan pemanis buatan atau pewarna makanan, semua bahan yang dimasukkan merupakan bahan – bahan alami. Dengan proporsi yang sudah ditentukan, ia mulai membuat susu kedelai untuk pertama kali.
Tak disangka – sangka, susu kedelai yang ia buat cukup lezat. Sebagian dari susu kedelai itupun ia bagikan ke pada tetangga – tetangga sekitar. Sambutan yang hangat pun diterima, banyak tetangga menyukai rasa alami Susu Kedelai Bu Tin. Kemudian beliau berfikir untuk membisniskan hal ini. Sedikit demi sedikit, ia mulai mengambil untung dari penjualan susu kedelai ini. Perbungkusnya ia jual 5 ribu, dan tiap bungkus bisa disajikan untuk 2 hingga 3 gelas. Dari situlah terpikir untuk menseriusi bisnis ini dan menjual susu kedelai secara luas.

Pada awal – awal pemasaran, promosi dilakukan dari mulut ke mulut. Setiap tetangga yang menjadi langganannya kemudian memberitahukan kelezatan susu kedelai ini ke kerabat – kerabatnya, sehingga dari situlah Bu Tin mendapatkan pelanggan baru. Hingga sudah 13 tahun berjalan, pelanggan Susu kedelai Bu Tin sudah mencapai ratusan.


Dengan setia, suaminya yakni Pak Yus, mengedarkan susu kedelai ini ke rumah pelanggan. Semua ditangani sendiri oleh keluarga ini, mulai dari belanja bahan, pembuatan susu kedelai, hingga penjualan dan pengantaran ke rumah – rumah pelanggan, semua dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga. Beliau tak ingin mempekerjakan seorang pegawai sekalipun. Pernah suatu ketika beliau mempekerjakan seorang pegawai, namun pegawai ini kurang maksimal dalam bekerja. Bahkan, ia justru “mematikan pelanggan” dengan cara menjual susu kedelai buatan sendiri, namun mengatasnamakan susu kedelai tersebut sebagai buatan Bu Tin, agar meraup keuntungan banyak. Namun, pelanggan tak mudah dibohongi begitu saja. Lambat laun, pelanggan sadar bahwa susu yang diminum bukan buatan Bu Tin karena rasanya yang berbeda dan hambar.
Meski menemui pengalaman pahit tersebut, Bu Tin tetap menerima dengan ikhlas dan melanjutkan usahanya. Tak disangka – sangka, usaha yang awalnya hanya ‘iseng’ ini sanggup meraih keuntungan hingga Rp 150.000 sekali produksi. Bu Tin berujar, dalam seminggu ia sanggup memproduksi susu kedelai sebanyak 4 kali, sehingga dalam sebulan setidaknya uang sebesar dua juta rupiah bisa ia dapatkan. Memang, tak setiap hari ia bisa membuat susu kedelai. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang tidak singkat. Bayangkan, dari sekali produksi bisa memakan waktu 4 jam. Proses dimulai dari pengelupasan kulit kedelai dan perendaman yang memakan waktu 8 jam. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses memasak yang memakan waktu 2 jam. Baru setelah itu, dibutuhkan setidaknya 2 jam lagi untuk membungkus dan mengemas susu kedelai tersebut.
Selain itu, beliau pun tetap bersikukuh mempertahankan rasa alami susu kedelainya dengan tidak menjual susu dalam berbagai varian seperti yang banyak dilakukan kompetitornya. Beliau beranggapan, terlalu banyak campuran rasa dan pewarna menjadikan susu kedelainya tidak alami, dan justru merusak rasa susu tersebut. Padahal, tujuan awal pembuatan susu kedelai tersebut bukan hanya menjadi sebuah minuman biasa, tapi juga minuman yang bergizi yang dapat memberikan khasiat pengobatan. Misalnya, kandungan kedelai yang penuh gizi, jahe yang mampu menghangatkan badan, gula merah yang mampu menambah kekuatan dan mensuplai energi, serta wangi khas pandan yang dapat menarik minat anak – anak untuk mencicipinya.
Meskipun usaha ini dapat bertahan hingga waktu yang mencapai belasan tahun tanpa berhenti, tak dipungkiri Bu Tin pernah menemui saat – saat susah dan kendala yang cukup menyita energi. Kendala itu misalnya ketidakmampuan Bu Tin dalam mengemas susu kedelainya dengan kemasan yang menarik. Sebab, beliau belum memiliki ilmu dan gambaran mengenai cara mengemas susu kedelai dengan baik. Sehingga, selama ini susu kedelainya hanya dibungkus plastik biasa dan diikat seadanya. Tidak ada label atau cap apapun yang menjadi logo atau brand dari kemasan susu kedelai ini. Kendala lain yang ditemui Bu Tin adalah mahalnya harga bahan utama, terutama kedelai yang terus meningkat. Terlebih di saat – saat seperti ini, di kala nilai rupiah semakin melemah dan nilai tukar dollar semakin naik, menyebabkan harga kedelai terus melambung. Hal ini tentu saja membuat keuntungan yang didapatkan semakin berkurang. Namun, dengan legawa beliau berkata, “ Nggak apa – apa mbak sekarang untung kecil, dulu kan saya pernah mengalami untung besar. Kalau sekarang untungnya kecil yang wajar saja, sebagai imbal baliknya. Yang penting masih ada untung walaupun sedikit”. Waktu Tim KKN menanyakan mengapa tak menaikkan saja harga susu kedelainya, beliau menjawab bahwa ia tak berani menaikkan harga susunya karena takut pelangganya kabur. Selain itu, ia menganggap bahwa harga Rp 5.000 yang ia terapkan sudah terlalu tinggi, apalagi untuk pemasaran di desa. Sebab, ia menilai bahwa harga susu kedelai kompetitornya bisa jauh lebih murah. Meski demikian, ia tak khawatir dengan persaingan harga karena ia mengunggulkan kualitas. Ia menganggap bila susu kedelai dijual terlalu murah, dapat dipastikan bahwa si penjual mengurangi takaran kedelainnya, sehingga rasa kedelainya menjadi berkurang dan hambar. Hal ini tentu saja berbeda dengan rasa Susu Kedelai Bu Tin yang kental dan manis alami, sehingga meskipun dibanderol dengan harga yang lebih tinggi, tetap saja banyak peminatnya.
Walaupun sudah hampir memasuki tahun ke-14 usahanya, ia masih perlu berfikir ulang untuk mengembangkan usahanya menjadi usaha kelas menengah yang bisa mempekerjakan banyak pegawai. Padahal, tawaran akan pelanggan – pelanggan baru selalu berdatangan yang terkadang tidak tertangani dengan baik oleh Bu Tin. Ia berujar, permintaan akan Susu Kedelai ini sampai ke kecamatan – kecamatan sebelah di luar Wonosari. Namun, ia masih belum berani menerimanya dikarenakan lokasi pelanggan yang cukup jauh dan ia tak memiliki cukup waktu untuk mengantarkannya, mengingat ia harus mengantarkan susunya setiap hari ke rumah pelanggan. Pernah terlintas di benaknya untuk membuat usaha ini besar dengan proses distribusi dan pemasaran yang lebih terorganisir, tetapi beliau tak tahu bagaimana dan darimana harus memulainya.
Dari pembicaraan tersebut, Tim KKN mengusulkan kepada Bu Tin untuk meminjam kredit kepada Bank dan menyewa tempat untuk berusaha dan memasarkan susunya ke pangsa yang lebih luas. Tetapi sekali lagi, belum ada keberanian di benak Pak Yus dan Bu Tin.
Untuk itu, dari identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi Bu Tin dalam memasarkan susu kedelainya, Tim KKN berkesimpulan bahwa yang dibutuhkan oleh Bu Tin saat ini adalah pembinaan yang lebih serius terkait proses pengemasan dan pengembangan usahanya agar lebih mapan. Ke depannya, Tim KKN akan mengusulkan kepada Kepala Dusun dan Perangkat Desa lainnya untuk memberikan pendampingan pada usaha milik Bu Tin ini. Selain itu, kami juga berpesan kepada Tim KKN tahun depan agar dapat mendampingi usaha Susu Kedelai Bu Tin dan membantu proses pemasarannya.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar