Minggu, 15 September 2013

Selamat Datang di Dusun Karagduwet I, Karangrejek, Wonosari, Gunung Kidul


Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Yogyakarta semester khusus tahun ajaran 2013 yang berlokasi di Dusun Karangduwet I, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul. Kegiatan observasi dilaksanakan sebelum atau dan sesudah penerjunan mahasiswa ke lokasi KKN diantaranya dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap situasi dan kondisi lingkungan masyarakatnya. Dari kegiatan observasi diperoleh gambaran mengenai deskripsi wilayah dari Dusun Karangduwet I, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
PADUKUHAN       : KARANGDUWET I
DESA                   : KARANGREJEK
KECAMATAN        : WONOSARI
KABUPATEN        : GUNUNGKIDUL
PROPINSI             : YOGYAKARTA
UMUM
Luas padukuhan Karangduwet I 71.8920 ha
1.  Letak Geografis dan Batas Wilayah

Ketinggian tanah dari permukaan laut 200 mdl, banyaknya curah hujan 20 – 25 ml/tahun dengan tofografi dataran rendah dan suhu rata-rata 30 0C
Orbitasi
Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa                           : 0,2 km
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan                  : 2 km
Jarak dari Ibukota Kabupaten                                      : 2,5 km
Jarak dari Ibukota Propinsi                                         : 40 km
Jarak dari Ibukota Negara                                           : 650 km
Pertanahan
Tanah bersertifikat                              : 42.6620 ha/m
Tanah sertifikat hak milik                   : 16.4620 ha/m
Tanah bersertifikat PRONA               : 26.2000 ha/m
Tanah yang belum bersertifikat           : 29.2300 ha/m
Dusun Karangduwet I merupakan sebuah dusun dengan lokasi yang cukup strategis. Dusun tersebut berada di wilayah Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Batas timur          : Desa Baleharjo
Batas barat           : Padukuhan Karangrejek, Blimbing
Batas selatan       : Padukuhan Karangduwet II
Batas utara           : Tegalsari Desa Siraman
2.  Kondisi Sosial dan Ekonomi Dusun Karangduwet I
Padukuhan Karangduwet I terdiri dari 5 RT dan 2 RW. Jumlah Jumlah penduduk berdasarkan pendataan yang dilakukan terdapat 205 Kepala Keluarga. Penduduk Padukuhan Karangduwet I terdiri dari laki-laki 401 orang dan perempuan 433 orang dengan jumlah total 834 orang dan 205 Kepala Keluarga yang keseluruhan merupakan warga negara Indonesia. Penduduk tersebut terbagi dalam 791 orang beragama Islam, Kristen 9 orang, dan Katholik 34 orang.
Dusun Karangduwet I merupakan dusun yang berada di Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang pertanian, peternakan, perikatan dan wirausaha. Potensi sumber daya alam yang ada juga sangat banyak. Sebagian penduduk ada yang berprofesi sebagai petani, peternak, , buruh pabrik , buruh tani  dan ada pula yang bekerja sebagai wirausaha. Hasil pertaniannya mayoritas meliputi ketela pohon, cabai, jagung, bawang merah dan kacang tanah.
Keadaan Sosial Budaya di Padukuhan Karangduwet I sudah cukup baik. Hal itu ditandai dengan adanya organisasi kemasyarakatan tingkat dusun yang sudah berjalan baik. Organisasi kemasyarakatan tersebut diantaranya adalah kumpulan RT, RW, KKLPMD (Kelompok Kerja Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), Kelompok Wanita Tani “Sri Asih”, POSYANDU, Karangtaruna Sub Unit, Takmir Masjid dan PKK Dusun.
3.   Kondisi Kerohanian Warga Dusun Karangduwet I
Warga dusun Karangduwet I mayoritas memeluk agama Islam dan minoritas beragama Kristen dan Katholik. Dusun Karangduwet I memiliki  1 buah masjid yakni Masjid As-Salam yang termasuk ke dalam wilayah RT 16, 17,dan 18 dan 1 buah mushola yakni Mushola Baiturohim yang termasuk ke dalam RT 14 dan 15. Proses kegiatan keagamaan yang dilakukan di Masjid As-Salam ataupun di Mushola Baiturohim berupa pembinaan TPA dan sholat juma’at. Pembinaan TPA dilakukan dengan baik dan aktivitas keorganisasian takmir berjalan dengan baik dan lancar.
4.   Pendidikan di Dusun Karangduwet I
Tingkat pendidikan formal yang yang terdapat di Dusun Karangduwet I yaitu TK Aba/Paud Al-Azhar dan SDN Karangrejek 2 yang berlokasi di tepi jalan raya dan termasuk dalam wilayah atau kawasan RT 16, 17, dan 18, selain adanya pendidikan formal di Dusun Karangduwet I juga terdapat pendidikan nonformal yaitu TPA untuk anak-anak yakni TPA di Masjid As-Salam maupun di Mushola Baiturohim.
5.   Kepemudaan di Dusun Karangduwet I
Kegiatan para pemuda dan pemudi di Dusun Karangduwet I bernaung dalam wadah Karangtaruna. Dalam wadah Karangtaruna terdapat susunan kepemudaan  yang meliputi ketua pemuda, wakil, sekertaris, bendahara, humas, dan anggota. Secara stuktural dapat deskripsikan sebagai berikut :
Ketua pemuda               : Irfan Rohmadi
Wakil                             : Muhammad Marsub
Sekertaris                      : Soleh Igit
Bendahara                     : Tukino
Kegiatan kepemudaan yang dilakukan berjalan dengan baik, namun kegiatan ini sering terjadi ketidak aktifkan dari anggota, sehingga hal ini mendorong kami mahasiwa KKN UNY untuk dapat memotivasi dan memberikan dorongan kepada kepemudaan di Dusun Karangduwet I untuk bersemangat dalam mengadakan kegiatan kepemudaan di Dusun Karangduwet I.

Sabtu, 14 September 2013

Struktur Posdaya HANDAYANI di Karangduwet I


Lampiran Surat Keputusan Kepala Desa Karangrejek
Nomor    : 15/KPTS/2013
Tentang  : Susunan Kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) HANDAYANI Padukuhan KARANGDUWET 1






Jumat, 06 September 2013

Pembuatan dan Pemasangan Atribut 17 Agustusan


Untuk emeriahkan peringatan HUT RI ke-68 di  Dusun Karangduwet I, kali ini KKN UNY kelompok 49 mengadakan program Atributisasi 17 Agustus. Yang menjadi penanggung jawab pada kegiatan kali ini adalah Rifki Santoso Budiarjo. Jenis Kegiatan berupa Program Fisik Kelompok dan bentuk kegiatannya adalah memasang Umbul-umbul 17 Agustus. Sasaran diadakannya kegiatan ini yakni untuk masyarakat Padukuhan Karangduwet I.



Kegiatan ini bertempat di Balai  Padukuhan Karangduwet I dan dilaksanakan selama 4 Jam, yakni pada  Tanggal 17 Agustus. Peran mahasiswa disini adalah sebagai pelaksana sekaligus penyedia perangkat.
Adapun tolak ukur dari keberhasilan program ini yakni kami mampu memasang 6 buah umbul-umbul. Kami optimis bahwa target bisa tercapai mengingat dalam kegiatan kali ini, kami mendapat bantuan anak-anak, walaupun sedikit ada kendala dalam pelaksanaan, yakni berkaitan dengan kurangnya alat untuk memasang umbul-umbul. Di akhir kegiatan, berhasil terpasang 6 buah umbul-umbul di sudut - sudut wilayah KD I.




Kerja Bakti Masjid di KD I bersama Remaja Masjid


Kegiatan Kerja Bakti Tempat Ibadah diprakarsai oleh Heri Setya Adi. Jenis kegiatan berupa Program Fisik Kelompok. Bentuk kegiatannya adalah membersihkan masjid. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengajarkan warga Karangduwet I untuk peduli terhadap kebersihan sarana ibadah. Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Padukuhan Karangduwet I. Kegiatan ini bertempat di Mushola Baiturohim dan Masjid As-Salam dan dilaksanakan pada Tanggal 7Juli 2013, dan kegiatan ini dilaksanakan selama 3 Jam.

Pada kegiatan kali ini, mahasiswa KKN berperan sebagai pelaksana dan pendamping kegiatan. Tolak ukur dari kesuksesan acara ini adalah tempat ibadah menjadi bersih. Kami optimis target tersebut bisa terlaksana mengingat antusiasme warga yang tinggi terbukti dengan banyaknya warga masyarakat yang datang membantu, meskipun terdapat kendala yakni terbatasnya alat untuk membersihkan Masjid. Hasil
dari kegiatan ini adalah tempat ibadah sudah bersih dan warga Karangduwet I lebih menyadari akan pentingnya kebersihan tempat Ibadah.

Jalan Santai Massal se-KD I



Kegiatan Jalan Santai ini dipelopori oleh Fityah Nurhadhinati dan menjadi salah satu program fisik KKN Kelompok 49. Bentuk kegiatannya berupa Melakukan jalan santai berkeliling kawasan dusun Karangduwet I. Tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kebugaran dan mengakrabkan dengan warga. Sasaran kegiatan ini adalah seluruh warga Karangduwet I, Karangrejek.


Kegiatan ini bertempat di Balai  Padukuhan Karangduwet I dan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2013. Di acara ini, mahasiswa berperan sebagai pelaksana dan penyedia hadiah. Tolak ukur dari kesuksesan kegiatan ini adalah program diikuti sebanyak 40 orang. Faktor pendukung kesuksesan acara ini adalah antusiasme masyarakat yang tinggi. Di akhir acara, nyatanya kegiatan ini mendapat sambutan yang cukup meriah dengan diikitu  lebih dari 50 orang peserta.

Selasa, 03 September 2013

Rapat Pembentukan Struktur dan Pengurus Posdaya


Rapat Pembentukan Struktur Posdaya adalah rapat yang dibentuk untuk menggiatkan kembali kegiatan Posdaya HANDAYANI yang ada di Karangduwet I ini. Rapat ini sendiri diadakan pada tanggal 3 Juli 2013 pukul 19.00. Rapat dihadiri dan dipimpin oleh Bapak Sigit selaku Ketua Posdaya di KD I ini, dengan didampingi oleh bapak Suwarna selaku kepala dusun di pedukuhan ini. Ketua KKN, Sugeng Riyadi, menjadi pembicara dan pemberi materi, Fityah Nurhadhinati berperan selaku Sekretaris yang mencatat segala hasil yang didapat selama jalannya acara, dan Fathar Prasouma berperan sbaga MC sekaligus moderator.  Acara dihadiri sekitar belasan orang dan bertempat di Balai Dusun KD I. 




Program Posdaya di Padukuhan Karangduwet I ini sendiri baru dimulai tahun lalu yang diprakarsai oleh KKN UNY 2012. Selain membahas tentang program Posdaya, pada rapat kali ini juga dibahasa mengenai perombakan struktur Posdaya yang meliputi penggantian personel atau anggota yang telah keluar/meninggal. Diharapkan setelah adanya perombakan struktur Posdaya ini, maka pengurus Posdaya Handayani semakin giat dalam melakukan pendampingan di masyarakat, khususnya di Padukuhan Karangduwet I, Karangrejek, Wonosari.




Meneguk Manisnya Susu Kedelai ‘Bu Tin’: Susu Alami Berkhasiat dengan Keuntungan Memikat


Hari masih pagi, sang fajar belum menampakkan wujudnya sepenuhnya, namun Yustinus Indriyanto, atau yang biasa dikenal sebagai Pak Yus, sudah harus mengayuh sepedanya dengan kencang untuk mengantarkan Susu Kedelai Bu Tin ke pelanggan. Susu kedelai yang manis dengan rasa alami tanpa tambahan bahan kimia ini menjadi andalan Pak Yus untuk mencari nafkah sehari – hari. Ia mesti mengedarkan susu kedelainya ke rumah – rumah pelanggan yang sudah sangat ia hafal alamatnya.
Susu Kedelai Bu Tin ini telah berdiri sejak tahun 2000an, tepatnya di bulan Agustus. Pada saat Tim KKN berkunjung kerumah Pak Yus yang berada di RT 16, kebetulan istrinya, Bu Tin lah yang ada di rumah. Dari obrolan dan wawancara kami dengan beliau, Bu Tin berujar bahwa motivasinya memulai pembuatan usaha Susu Kedelai ini berawal dari penyuluhan yang dilakukan oleh KWT (Kelompok Wanita Tani) “Sri Asih” yang ada di Karangduwet I ini. Dari situ, ia kemudian mulai mencoba praktek membuat sendiri susu kedelai di rumah. Tujuan awalnya, ia hanya ingin membuat susu kedelai untuk konsumsi pribadi dan keluarga. Bahan – bahannya cukup sederhana, yakni kedelai, air, pandan, dan jahe, dan gula merah sebagai pemanisnya. Tak ada tambahan pemanis buatan atau pewarna makanan, semua bahan yang dimasukkan merupakan bahan – bahan alami. Dengan proporsi yang sudah ditentukan, ia mulai membuat susu kedelai untuk pertama kali.
Tak disangka – sangka, susu kedelai yang ia buat cukup lezat. Sebagian dari susu kedelai itupun ia bagikan ke pada tetangga – tetangga sekitar. Sambutan yang hangat pun diterima, banyak tetangga menyukai rasa alami Susu Kedelai Bu Tin. Kemudian beliau berfikir untuk membisniskan hal ini. Sedikit demi sedikit, ia mulai mengambil untung dari penjualan susu kedelai ini. Perbungkusnya ia jual 5 ribu, dan tiap bungkus bisa disajikan untuk 2 hingga 3 gelas. Dari situlah terpikir untuk menseriusi bisnis ini dan menjual susu kedelai secara luas.

Pada awal – awal pemasaran, promosi dilakukan dari mulut ke mulut. Setiap tetangga yang menjadi langganannya kemudian memberitahukan kelezatan susu kedelai ini ke kerabat – kerabatnya, sehingga dari situlah Bu Tin mendapatkan pelanggan baru. Hingga sudah 13 tahun berjalan, pelanggan Susu kedelai Bu Tin sudah mencapai ratusan.


Dengan setia, suaminya yakni Pak Yus, mengedarkan susu kedelai ini ke rumah pelanggan. Semua ditangani sendiri oleh keluarga ini, mulai dari belanja bahan, pembuatan susu kedelai, hingga penjualan dan pengantaran ke rumah – rumah pelanggan, semua dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga. Beliau tak ingin mempekerjakan seorang pegawai sekalipun. Pernah suatu ketika beliau mempekerjakan seorang pegawai, namun pegawai ini kurang maksimal dalam bekerja. Bahkan, ia justru “mematikan pelanggan” dengan cara menjual susu kedelai buatan sendiri, namun mengatasnamakan susu kedelai tersebut sebagai buatan Bu Tin, agar meraup keuntungan banyak. Namun, pelanggan tak mudah dibohongi begitu saja. Lambat laun, pelanggan sadar bahwa susu yang diminum bukan buatan Bu Tin karena rasanya yang berbeda dan hambar.
Meski menemui pengalaman pahit tersebut, Bu Tin tetap menerima dengan ikhlas dan melanjutkan usahanya. Tak disangka – sangka, usaha yang awalnya hanya ‘iseng’ ini sanggup meraih keuntungan hingga Rp 150.000 sekali produksi. Bu Tin berujar, dalam seminggu ia sanggup memproduksi susu kedelai sebanyak 4 kali, sehingga dalam sebulan setidaknya uang sebesar dua juta rupiah bisa ia dapatkan. Memang, tak setiap hari ia bisa membuat susu kedelai. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang tidak singkat. Bayangkan, dari sekali produksi bisa memakan waktu 4 jam. Proses dimulai dari pengelupasan kulit kedelai dan perendaman yang memakan waktu 8 jam. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses memasak yang memakan waktu 2 jam. Baru setelah itu, dibutuhkan setidaknya 2 jam lagi untuk membungkus dan mengemas susu kedelai tersebut.
Selain itu, beliau pun tetap bersikukuh mempertahankan rasa alami susu kedelainya dengan tidak menjual susu dalam berbagai varian seperti yang banyak dilakukan kompetitornya. Beliau beranggapan, terlalu banyak campuran rasa dan pewarna menjadikan susu kedelainya tidak alami, dan justru merusak rasa susu tersebut. Padahal, tujuan awal pembuatan susu kedelai tersebut bukan hanya menjadi sebuah minuman biasa, tapi juga minuman yang bergizi yang dapat memberikan khasiat pengobatan. Misalnya, kandungan kedelai yang penuh gizi, jahe yang mampu menghangatkan badan, gula merah yang mampu menambah kekuatan dan mensuplai energi, serta wangi khas pandan yang dapat menarik minat anak – anak untuk mencicipinya.
Meskipun usaha ini dapat bertahan hingga waktu yang mencapai belasan tahun tanpa berhenti, tak dipungkiri Bu Tin pernah menemui saat – saat susah dan kendala yang cukup menyita energi. Kendala itu misalnya ketidakmampuan Bu Tin dalam mengemas susu kedelainya dengan kemasan yang menarik. Sebab, beliau belum memiliki ilmu dan gambaran mengenai cara mengemas susu kedelai dengan baik. Sehingga, selama ini susu kedelainya hanya dibungkus plastik biasa dan diikat seadanya. Tidak ada label atau cap apapun yang menjadi logo atau brand dari kemasan susu kedelai ini. Kendala lain yang ditemui Bu Tin adalah mahalnya harga bahan utama, terutama kedelai yang terus meningkat. Terlebih di saat – saat seperti ini, di kala nilai rupiah semakin melemah dan nilai tukar dollar semakin naik, menyebabkan harga kedelai terus melambung. Hal ini tentu saja membuat keuntungan yang didapatkan semakin berkurang. Namun, dengan legawa beliau berkata, “ Nggak apa – apa mbak sekarang untung kecil, dulu kan saya pernah mengalami untung besar. Kalau sekarang untungnya kecil yang wajar saja, sebagai imbal baliknya. Yang penting masih ada untung walaupun sedikit”. Waktu Tim KKN menanyakan mengapa tak menaikkan saja harga susu kedelainya, beliau menjawab bahwa ia tak berani menaikkan harga susunya karena takut pelangganya kabur. Selain itu, ia menganggap bahwa harga Rp 5.000 yang ia terapkan sudah terlalu tinggi, apalagi untuk pemasaran di desa. Sebab, ia menilai bahwa harga susu kedelai kompetitornya bisa jauh lebih murah. Meski demikian, ia tak khawatir dengan persaingan harga karena ia mengunggulkan kualitas. Ia menganggap bila susu kedelai dijual terlalu murah, dapat dipastikan bahwa si penjual mengurangi takaran kedelainnya, sehingga rasa kedelainya menjadi berkurang dan hambar. Hal ini tentu saja berbeda dengan rasa Susu Kedelai Bu Tin yang kental dan manis alami, sehingga meskipun dibanderol dengan harga yang lebih tinggi, tetap saja banyak peminatnya.
Walaupun sudah hampir memasuki tahun ke-14 usahanya, ia masih perlu berfikir ulang untuk mengembangkan usahanya menjadi usaha kelas menengah yang bisa mempekerjakan banyak pegawai. Padahal, tawaran akan pelanggan – pelanggan baru selalu berdatangan yang terkadang tidak tertangani dengan baik oleh Bu Tin. Ia berujar, permintaan akan Susu Kedelai ini sampai ke kecamatan – kecamatan sebelah di luar Wonosari. Namun, ia masih belum berani menerimanya dikarenakan lokasi pelanggan yang cukup jauh dan ia tak memiliki cukup waktu untuk mengantarkannya, mengingat ia harus mengantarkan susunya setiap hari ke rumah pelanggan. Pernah terlintas di benaknya untuk membuat usaha ini besar dengan proses distribusi dan pemasaran yang lebih terorganisir, tetapi beliau tak tahu bagaimana dan darimana harus memulainya.
Dari pembicaraan tersebut, Tim KKN mengusulkan kepada Bu Tin untuk meminjam kredit kepada Bank dan menyewa tempat untuk berusaha dan memasarkan susunya ke pangsa yang lebih luas. Tetapi sekali lagi, belum ada keberanian di benak Pak Yus dan Bu Tin.
Untuk itu, dari identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi Bu Tin dalam memasarkan susu kedelainya, Tim KKN berkesimpulan bahwa yang dibutuhkan oleh Bu Tin saat ini adalah pembinaan yang lebih serius terkait proses pengemasan dan pengembangan usahanya agar lebih mapan. Ke depannya, Tim KKN akan mengusulkan kepada Kepala Dusun dan Perangkat Desa lainnya untuk memberikan pendampingan pada usaha milik Bu Tin ini. Selain itu, kami juga berpesan kepada Tim KKN tahun depan agar dapat mendampingi usaha Susu Kedelai Bu Tin dan membantu proses pemasarannya.